MONOLOG: SVARA BHUMI

23.08 Putu Dharma Yusa 0 Comments



“Ratu anom, metangi meilen-ilen ; dong pirengan, munyin sulinge di jaba ; nyen ento, menyuling di jaba tengah ; Gusti Ngurah Alit Jambe Pamecutan …”
“Ratu anom, metangi meilen-ilen ; dong pirengan, suaran mesine di jaba ; nyen ento, mangendah di jaba tengah ; Tirtha Wana Bali Internasional …”

. . .

31 Mei 2014. Perpres nomor lima puluh satu, tahun 2014 terbit. Aturan ini mengubah secara sepihak: kawasan Teluk Benoa dari zona konservasi, menjadi zona pemanfataan umum. Baca: boleh di-reklamasi. Luasnya pun tidak main-main, 700 hektar. Hektar!
Analisis mengenai dampak lingkungan, AMDAL, secara tegas menyatakan bahwa reklamasi Teluk Benoa: tidak layak. Sedimentasi permanen, membuat daratan di sekitarnya rawan banjir. Tanjung Benoa, Kuta, Suwung, Sanur akan tenggelam. Pun dengan mangrove, terumbu karang, dan biota laut lainnya akan rusak. Abrasi pantai semakin menjadi-jadi. Sedang di lain sisi, tanah murah tersedia untuk investor. Pembangunan menjadi yang kian tak berimbang. Hingga akan sampai pada ujung kebangkrutan pariwisata Bali. Hah!
Percuma saja. Penguasa dan investor menutup telinga. AMDAL direvisi hingga menjadi layak. Akun-akun palsu bertebaran di media sosial, hingga kerjasama dengan para pembesar negeri dilakukan. Hanya demi satu tujuan: uang. Bisnis! Mereka hanya ingin membangun di Bali, bukan membangun Bali.
Tetapi kita: masyarakat Bali tidak bodoh. Kita tidak silau akan uang. Seniman, budayawan, aktivis, anak muda, dan segenap masyarakat yang peduli, meneriakkan perlawanan.
Di bawah bendera FORBALI, tercatat puluhan desa adat di Bali telah menyatakan sikap: menolak reklamasi Teluk Benoa. Penolakan ini akan terus berlipat dan berlipat. Kita, sebagai generasi muda Bali, apakah hanya akan diam? Apakah kita hanya akan menjadi penonton? Membiarkan masa depan anak cucu kita, di tangan investor dan penguasa rakus?
Tidak!
Diam, hanya akan membiarkan Bali tenggelam. Suarakan kepedulianmu, wahai anak muda. Suarakan kepedulianmu, mulai dari sekarang. Teriakkan perlawanan di manapun itu, dengan cara apapun itu.
Lawan! Lawan! Lawan!

Lelakut Bercaping,
2016


0 komentar: