MONOLOG: SVARA BHUMI
“Ratu anom, metangi meilen-ilen ; dong
pirengan, munyin sulinge di jaba ; nyen ento, menyuling di jaba tengah ; Gusti
Ngurah Alit Jambe Pamecutan …”
“Ratu anom, metangi meilen-ilen ; dong
pirengan, suaran mesine di jaba ; nyen ento, mangendah di jaba tengah ; Tirtha
Wana Bali Internasional …”
. . .
31 Mei 2014. Perpres nomor lima puluh satu, tahun 2014 terbit. Aturan ini
mengubah secara sepihak: kawasan Teluk Benoa dari zona konservasi, menjadi zona
pemanfataan umum. Baca: boleh di-reklamasi. Luasnya pun tidak main-main, 700
hektar. Hektar!
Analisis mengenai dampak lingkungan, AMDAL, secara tegas menyatakan bahwa
reklamasi Teluk Benoa: tidak layak. Sedimentasi permanen, membuat daratan di
sekitarnya rawan banjir. Tanjung Benoa, Kuta, Suwung, Sanur akan tenggelam. Pun
dengan mangrove, terumbu karang, dan biota laut lainnya akan rusak. Abrasi
pantai semakin menjadi-jadi. Sedang di lain sisi, tanah murah tersedia untuk
investor. Pembangunan menjadi yang kian tak berimbang. Hingga akan sampai pada
ujung kebangkrutan pariwisata Bali. Hah!
Percuma saja. Penguasa dan investor menutup telinga. AMDAL direvisi
hingga menjadi layak. Akun-akun palsu bertebaran di media sosial, hingga
kerjasama dengan para pembesar negeri dilakukan. Hanya demi satu tujuan: uang.
Bisnis! Mereka hanya ingin membangun di Bali, bukan membangun Bali.
Tetapi kita: masyarakat Bali tidak bodoh. Kita tidak silau akan uang. Seniman,
budayawan, aktivis, anak muda, dan segenap masyarakat yang peduli, meneriakkan
perlawanan.
Di bawah bendera FORBALI, tercatat puluhan desa adat di Bali telah menyatakan
sikap: menolak reklamasi Teluk Benoa. Penolakan ini akan terus berlipat dan
berlipat. Kita, sebagai generasi muda Bali, apakah hanya akan diam? Apakah kita
hanya akan menjadi penonton? Membiarkan masa depan anak cucu kita, di tangan
investor dan penguasa rakus?
Tidak!
Diam, hanya akan membiarkan Bali tenggelam. Suarakan kepedulianmu, wahai
anak muda. Suarakan kepedulianmu, mulai dari sekarang. Teriakkan perlawanan di
manapun itu, dengan cara apapun itu.
Lawan! Lawan! Lawan!
Lelakut Bercaping,
2016
0 komentar: