Postcards
Dimana (2017)
Kartu pos tahun 2017 menggunakan enam foto perjalanan. Kali
ini, justru tempat di mana foto itu diambil yang menjadi sorotan. Tempat yang
tak cukup ditulis dalam satu kata, atau satu penjelasan. Disana sungguh begitu
banyak kesan.
Tablanusu, Distrik Depapre –
Jayapura terlihat sebagai kampung nelayan. Suku aslinya disebut Tepara yang
pesisirnya menjadi hamparan terbenamnya matahari (Onusu). - Tablanusu /
Putu Dharma Yusa @ 2017
Pantai Ora,
diantara Desa Sawai dan Saleman, Pulau Seram – Maluku. Laut yang membiru
dibawah tebing tektonik, membuatnya begitu tersohor dan mendunia. - Ora
/ Putu Dharma Yusa @ 2017
“Lojor teu meunang dipotong, pondok
teu meunang disambung”. Pepatah Urang Baduy yang menyiratkan segala sesuatu
harus dijaga dan tanpa rekayasa. - Baduy / Putu Dharma Yusa @ 2017
Di timur Pulau Bangka, Parai
Tenggiri membentang dengan pasir putih dan gugusan granit. Eksotikanya terletak
di bebatuan besar yang berserakan di sepanjang pantai. - Parai / Putu
Dharma Yusa @ 2017
Sedemikian banyak sungai di Borneo
berhasil mencipta kearifan dan peradaban. Simbiosa sungai dan manusia ini
semakin hari terlihat semakin dipunggungi. - Batola / Putu Dharma Yusa @
2017
Api biru Ijen yang cuma ada dua di
dunia, merangsang ribuan petualang. Dalam remang malam mereka berjuang,
bersaing dengan para penambang belerang. - Ijen / Putu Dharma Yusa @ 2017
Curhat Kata (2016)
Kartu pos tahun 2016 menggunakan lima foto perjalanan yang ditangkap
menggunakan kamera smartphone. Setiap foto diwakilkan dalam satu kata, dan di
baliknya terdapat curhatan kata.
Riak ombak tak berkesudahan. Ia
berkeluh, kapan benar-benar aku menepi? - Berdebur by
Putu Dharma Yusa @ 2016
Bosankah kau jatuh di bulan ini,
Hujan? Sebagaimana biasanya: aku selalu merindukanmu. - Kekeringan by Putu Dharma Yusa @
2016
Tangkai mawar selalu benar. Bahwa
keindahan, selalu ada di atas perjuangan. - Berjuang by
Putu Dharma Yusa @ 2016
Jauh. Hanyalah sebuah ukuran jarak
yang dibesar-besarkan oleh perasaan rindu. - Perspektif by
Putu Dharma Yusa @ 2016
Pagi, siang, dan malam di ibukota sama saja. Karena itu, kamu yang harus mengubahnya. - Metropolis by Putu Dharma Yusa @ 2016
0 komentar: