Rehabilitasi dan Reklamasi Pulau Serangan, Bali
Ada dua riset
yang dikerjakan oleh saya dan teman-teman saya tentang dampak megaproyek
reklamasi Pulau Serangan dan strategi upaya rehabilitasi ekosistem laut yang dilakukan
oleh masyarakat Desa Serangan.
Analisis Korelasi Penerapan Asas Tri
Hita Karana terhadap Efektivitas Pelestarian Ekosistem Terumbu Karang di Desa
Serangan
I Gede Putu
Dharma Yusa, Ni Luh Putu Harta Wedari, dan I Wayan Darya Kartika (2008)
Abstrak:
Bali, merupakan daerah pariwisata yang sangat
tersohor di mata dunia. Bagaimana tidak? Citra eksotika Bali tak pernah kunjung
surut direproduksi oleh masyarakat Bali yang bertumpu pada pariwisata dan budaya.
Namun, ternyata 55% pariwisata telah berdampak negatif terutama terhadap
eksistensi lingkungan hidup di Bali. Hal ini terefleksi dalam megaproyek
reklamasi Pulau Serangan oleh PT. BTID yang menyebabkan kerusakan parah terumbu
karang di Desa Serangan. Mengapa demikian? Bagaimanakah solusi masyarakat Serangan
yang telah menerapkan asas Tri Hita Karana dalam merevitalisasi ekosistem terumbu
karang di Desa Serangan?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
korelasi penerapan asas Tri Hita Karana terhadap efektivitas pelestarian
ekosistem terumbu karang di Desa Serangan. Penelitian ini dilaksanakan pada
Hari Senin, 18 Agustus 2008 s.d. Hari Minggu, 14 September 2008 di Desa
Serangan dalam 6 banjar dengan responden (sampel) berjumlah 100 orang. Analisis
data dilaksanakan secara deskriptif kuantitatif-kualitatif dengan teknik korelasi
product moment Pearson.
Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat
korelasi yang erat (r=0,84) antara penerapan asas Tri Hita Karana dan
efektivitas pelestarian ekosistem terumbu karang di Desa Serangan. Penerapan
asas Tri Hita Karana yang baik (i=2,657) oleh masyarakat Serangan melalui Parahyangan,
Pawongan, dan Palemahan memberikan pengaruh yang sangat besar (KD=70,56%) bagi
efektifnya pelestarian ekosistem terumbu karang di Desa Serangan (i=2,687)
dengan divisi pemberdayaan masyarakat pesisir, revitalisasi, dan perlindungan
serta pengamanan ekosistem terumbu karang. Hal ini terbukti dengan alih profesi
masyarakat menjadi petani terumbu karang mencapai 24%, peningkatan luas areal tutupan
terumbu karang mencapai 38-48%, dan peningkatan perlindungan dan pengamanan
ekosistem terumbu karang di Desa Serangan.
Kata kunci: Tri Hita Karana, Pelestarian Ekosistem Terumbu Karang, Desa
Serangan, dan Reklamasi.
Full Karya Tulis:
(Dapat digunakan
dengan menyebutkan sumbernya)
Strategi Integrasi Pecalang-Sekeha
Teruna (IPST) Sebagai Wujud Kesadaran Masyarakat Desa Serangan dalam Upaya
Pelestarian Penyu dan Penyelamatan Eksostem Laut
I Gede Yuhana
Dharma Sasmita, I Gede Putu Dharma Yusa, Mega Dewanty (2007)
Abstrak:
Bali sebagai daerah Pariwisata begitu tersohor
di mata dunia. Bagaimana tidak ? Citra eksotika Bali yang demikian tak kunjung
surut direproduksi dari tahun ke tahun. Tak pelak buku “The Last Paradise”
dengan anak judul “An American’s Discovery of Bali in the 1920” menjadi media
kampanye ampuh yang mempromosikan eksotika Bali tanpa kendali. Namun, tanpa
disangka pariwisata telah mengeksploitasi berbagai sumber daya alam Bali dimana
lingkungan hidup selalu menerima konsekuensi yang tidak ringan. Di tengah
krusialnya permasalahan akibat imbas negatif pariwisata di Bali, laut sebagai
komponen penting lingkungan hidup menerima ancaman berkelanjutan seiring meningkatnya
laju industri pariwisata yang membabi buta. Keadaan tersebut sangat tidak
menguntungkan terhadap perkembangan potensi ekosistem laut maupun biota yang
hidup di dalamnya sebagai dampak eksploitasi secara besarbesaran.
Mengingat besarnya peranan manusia sebagai
fungsi kontrol kelestarian laut diperlukan pelestarian berbasis masyarakat
dengan strategi terpadu komponen masyarakat yang secara aktif mengabdi demi
kelestarian laut. Prihal tersebut memberikan motivasi untuk lebih
mengoptimalkan potensi Lembaga adat di Bali dalam bentuk Pecalang dan Sekeha
Teruna dalam upaya pelestarian penyui dan penyelamatan ekosistem laut. Bentuk
kinerja yang dilaksanakan yakni perlindungan dan pengamanan, konservasi penyu,
rehabilitasi terumbu karang dan pelestarian mengrove serta penegakan hukum dan
peraturan adat (awig-awig). Keseluruhan upaya tersebut dilandasi suatu azas
kesadaran menuju pelestarian laut; Tri Hita Karana.
Kata kunci: Pariwisata Bali, eksploitasi sumber daya laut, lembaga adat,
kinerja pecalang – sekeha teruna.
Full Karya Tulis:
(Dapat digunakan
dengan menyebutkan sumbernya)
0 komentar: