DI BALIK LENSA: PRAY, VOICED, & PERSUADE

23.55 Putu Dharma Yusa 0 Comments


Sepertinya saya ada janji mengenalkan film perdana yang menjadi tonggak awal munculnya nama Panakmeng. Inilah film Pray, Voiced, and Persuade (2014), film yang menjadi gerbang kepedulian anak muda untuk bergerak menyelamatkan tanah kelahirannya dari kerakusan penguasa dan investor, terkhusus rencana reklamasi Teluk Benoa Bali. Dan, panakmeng hanyalah identitas yang lahir begitu saja dari film ini. Jika dipaksa untuk mencari-cari maknanya, maka panakmeng berasal Bahasa Bali yaitu “panak” yang artinya anak dan “meng” yang artinya kucing. Jadi, sangat simpel. Panakmeng berarti anak kucing. Akan tetapi, dalam Bahasa Bali, anak kucing yang kecil (belum dewasa) dinamakan “tai” (ini bukan kotoran dan sejenisnya, ini sebutan anak kucing). Mungkin bagi sebagian orang, kata “tai” tidak sopan untuk diteriakkan, maka kemudian diperhalus menjadi “panakmeng”. Panakmeng adalah simbol dari anak-anak muda yang kritis dalam mengkritik ketidakadilan dalam bentuk apapun, namun cara yang dilakukan dengan jalan yang lebih terhormat, dengan jalan kebenaran masing-masing. Jadi, panakmeng bukanlah komunitas, bukan juga individu. Panakmeng adalah simbol perlawanan, dan anak muda yang setuju untuk bergerak dengan cara kebenaran masing-masing, maka anda diberi pangkat sebagai: anak muda beda dan berbahaya.

Film Pray, Voiced, and Persuade adalah film pendek semi dokumenter yang dirilis secara perdana bertepatan dengan 69 tahun Indonesia Merdeka, tertanggal 17 Agustus 2014. Asal mulanya, film ini berawal dari obrolan ringan saya, Deli, Pande, dan Komang yang memandang kritis masalah rencana reklamasi Teluk Benoa Bali. Kami mempunyai satu pandangan, bahwa rencana reklamasi Teluk Benoa itu akan membawa dampak buruk secara sosial, ekonomi, dan lingkungan. Tetapi menariknya, pandangan ini disatukan berkat perbedaan cara kami menyuarakan apa yang ingin kami suarakan ini. Ada yang memang tekun mengkritisi lewat media sosial, ada yang menyuarakannya lewat musik, ada juga yang menulis, dan sebagainya. Atas fenomena inilah, maka kami yang kemudian didukung oleh beberapa muda-mudi di Jakarta membuat film ini. Film ini mulai dikerjakan pada tanggal 6 Juli 2014 hingga 17 Agustus 2014 secara swa produksi. Sumber pendanaan untuk produksi film ini sepenuhnya berasal dari donasi sukarela para crew dan subjek yang terlibat dalam film ini. Dan, inilah oretan di balik lensa film ini.

Film Statement “Pray, Voiced, and Persuade”

Bali Tolak Reklamasi dan Batalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 adalah dua jargon yang sering diserukan untuk menolak rencana reklamasi Teluk Benoa Bali. Tapi, banyak yang menyerukan tanpa paham substansi apa yang diserukan. Apa itu reklamasi? Bagaimana kronologi rencana reklamasi Teluk Benoa hingga sejauh ini? Dan, seperti apa dampak yang akan ditimbulkan jika megaproyek itu berhasil dilakukan? Sebagian diantaranya mungkin hanya mengambil isu tersebut hanya untuk membesarkan nama organisasi, sebagai ajang promosi terselubung. Mungkin juga ada yang diboncengi beragam kepentingan dan terindikasi bukan sebuah perjuangan yang murni. Bahkan, yang paling disesalkan adalah anak muda yang belum aware, tidak tahu, atau bahkan tidak mau tahu tentang isu tragis ini.

Perlawanan terhadap reklamasi Teluk Benoa semakin hari semakin ramai digelorakan. Beragam aksi telah dilakukan, seperti gerakan turun ke jalan, demonstrasi, dan penggalangan dukungan. Tak bisa dipungkiri, masih banyak pula hal lain yang dapat diperjuangkan untuk mendukung gerakan ini. Melalui hal-hal kecil dan tergolong sederhana di tengah keseharian pun merupakan langkah yang patut diapresiasi. Mulai dari bagaimana kita memanjat syukur kepada Tuhan atas anugerah alam yang indah. Bersuara dalam kegemaran masing-masing, dan bagaimana kita mengajak dan menyadarkan orang lain untuk cinta alam dan lingkungan, terlebih kepada anak dan cucu sebagai generasi penerus. Di ibukota Jakarta, langkah-langkah sederhana seperti inilah yang dirasa paling ideal dan feasible untuk dilakukan.

Intinya, potret perjuangan melawan rencana reklamasi Teluk Benoa Bali oleh anak-anak muda di Ibukota Jakarta dengan caranya masing-masing yang akan divisualkan dalam film ini. Bagaimana subjek mengajak dan menyadarkan dirinya sendiri terlebih dahulu, dan menyuarakan semangatnya dengan cara-cara simpel yang dapat dilakukan.
Pertama, seorang pemudi yang melestarikan seni, budaya, dan tradisi Bali di tengah gempuran arus globalisasi. Dalam perjuangan sederhananya, ia selalu berucap syukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada alam dengan cara-cara konvensional yang dilakukan orang Bali.
Kedua, seorang pemuda yang kritis dan sosial. Dia mengikuti arus pemberitaan rencana reklamasi Teluk Benoa sampai pada akhirnya ia tergerak untuk meneriakkan Bali Tolak Reklamasi. Akan tetapi, dia tidak memilih untuk menggelar demonstrasi ataupun gerakan turun ke jalan. Ia bersuara di media-media sosial, dan berpetualang menyebarkan suara Bali Tolak Reklamasi.
Ketiga, seorang pemuda yang hobinya bermusik dan lewat karyanya dia mencoba menawarkan ajakan untuk lebih cinta alam dan gerakan-gerakan konservasi di dalamnya.
Dan terakhir, ada subjek pendukung yaitu seorang anak yang menutup film ini dengan doa tulus memohon kepada Tuhan, agar alam senantiasa dalam perlindungan-Nya.

 Pesan Film “Pray, Voiced, and Persuade”

Membuka mata penonton bahwa untuk melakukan perlawanan seperti menolak reklamasi Teluk Benoa juga dapat dilakukan dengan cara-cara yang simpel. Sekaligus, mengajak anak-anak muda untuk lebih peduli terhadap alam dan konservasinya. Film ini didedikasikan untuk gerakan Bali Tolak Reklamasi dalam wadah forBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi) serta gerakan-gerakan serupa yang peduli terhadap alam dan lingkungan.

Sebelum rilis perdana tanggal 17 Agustus, film ini terlebih dahulu diserahkan ke forBALI pada tanggal 4 Agustus 2014 di kantor WALHI yang diterima oleh Gilang, salah seorang relawan forBALI. Panakmeng tidak berhenti sampai disini. Film ini kemudian dicetak dalam bentuk keping DVD, namun terbatas sebanyak 150 keping. Lagi-lagi proses ini dikerjakan secara mandiri, bahkan untuk cover DVD kami gunakan kertas HVS bekas yang sisa halamannya masih bisa digunakan untuk print. Keping DVD ini selanjutnya dijual untuk menggalang donasi sebagai bentuk dukungan kepada forBALI. Alhasil, akhirnya terkumpul donasi sejumlah Rp 1 juta yang telah diserahkan langsung kepada forBALI. Maka, sejatinya ide sederhana bersama ini menjadi tali panjang yang menyambung ikatan demi ikatan untuk terus menyuarakan dan menggerakkan perlawanan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa, Bali.

Tali itu kemudian bersambung lagi berkat respon positif terhadap film ini, yang cukup bertebaran di media sosial. Seperti datang dari band yang setiap liriknya memanaskan ideologis saya: Superman Is Dead (SID). Dalam facebook resminya, mereka membagi link film ini kepada Outsiders dan Lady Rose dengan pujian seperti ini: film pendek semi-dokumenter yang sangat apik “Pray, Voiced, & Persuade” for Bali Tolak Reklamasi, yuk ditonton! Dan juga beberapa kicauan di media sosial twiter, salah satunya datang dari @FirmanKEROCK yang menulis “filmya keren, pas rekaman lagu. Liriknya bikin merinding. Sukses bli. Tetap #BaliTolakReklamasi”. Dan juga beberapa saran-saran membangun dari anak muda beda dan berbahaya yang telah mendonasikan uangnya melalui pembelian DVD. Dan tak kalah kerennya, komentar dari Bapak I Made Juli, Koordinator Indonesia Network, yang kemudian menyarankan agar film ini ditayangkan di stasiun televisi lokal Bali: Bali TV.

Panakmeng mendapat tawaran tali lagi. Akhirnya, proposal penayangan film dilayangkan kepada pihak Bali TV melalui Bli Ary Wiratmaja, salah seorang produser dan pewarta di Bali TV. Tali kemudian diikatkan kembali, proposal diterima oleh pihak Bali TV langsung oleh Bapak Satria Naradha, pimpinan Bali TV. Film “Pray, Voiced, & Persuade” tayang perdana di Bali TV pada hari Minggu, 21 September 2014 pukul 21.30 WITA. Namun, saya sendiri tidak dapat menyaksikan momen spesial ini. Saya bersama teman-teman sewaktu kuliah sedang mendaki di Gunung Mahameru dan hanya bisa membayangkan reaksi penonton dari balik sela pepohonan di Kali Mati. Dari tutur teman saya di Bali, video klip “Lawan” yang menjadi original soundtrack film ini juga beberapa kali sempat menghiasi acara musik di Bali TV. Nampaknya, panakmeng sudah mampu tersenyum dengan semua ini.



Video Clip "Lawan" https://youtu.be/MhfVs0EKo9U

Behind the Scene https://youtu.be/DZ7LdS1PbNc


Pada akhirnya, film “Pray, Voiced, and Persuade” mampu hadir dan mengisi sejarah perjuangan melawan reklamasi Teluk Benoa. Sebuah film yang diharapkan menjadi virus ampuh dalam menggaungkan dan menularkan demam penolakan reklamasi Teluk Benoa Bali. Sebuah film yang mampu mendulang donasi ala kadarnya untuk men-support perjuangan kawan-kawan di Bali, melalui forBALI. Dan tali ini masih panjang lagi sambungannya, mohon ditunggu. Selamat menonton (kembali) film ini, semoga mampu menggedor seisi kepala untuk teriak “Bali Tolak Reklamasi”.


Director and Editor :
Putu Dharma Yusa

Camera Person :
Dalile Putra

Behind the Scene :
Wayan Sugiyama, Widhiana, Indra, Agus Sumarjaya

Main Subject :
A.A. Ayu A.D. Nareswari J., Komang Agus Aritin, Pande Wayan Rinanta, Aryadi Dharma

Supporting Subject:
Norma Astyari, Niwa, Wida, Gusti Ayu, Eka Widiyawati, Eka Jaya Santhi, Wayan Januarsa, Wahyudi S., Kade Andre, Erlan Dwipa, Dewi Angereni, Ida Ayu Putu Indriani, Wirayudha Persadanta, Anom Santhika, Wayan Sugiyama, Wayan Agus Sumarjaya, Dalile Putra, Indra Putra Dewa, Widhiana Pratama, Genta Martha Prenawa, Mertayasa, Novi Widari Asih, Nanda Rizka Saputri, Andhi Apriyawan, Surya Adhistanaya, Riski Basuki, Ayu Kirana Dewi, Komang Yudhistira, Asri Vitaloka, Ayu Maharani, Putu Sumartini, Anggirisaldi Chandra, Ketut Juliani, Eka Tujiasih, Sutraningsih, Putu Novhi Widhary, Kompyang Giri, Putu Deny Pradipta, Bagus Trihatmaja.

0 komentar: