MENELIK SI KELAS MENENGAH

21.32 Putu Dharma Yusa 0 Comments


Penduduk kelas menengah diprediksi sekitar 56,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia, jelas memberikan pengaruh signifikan dalam perekonomian Indonesia terutama pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sejak tahun 2003, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia mencapai sekitar 7 persen tiap tahunnya. Atau, setiap tahun ada sekitar 7 – 8 juta orang ‘naik kelas’ ke kelompok kelas menengah di Indonesia, bahkan pada tahun 2020 diprediksi mencapai 9 – 10 juta orang per tahunnya. Segmen kelas menengah ini ditandai dengan pengeluaran 2 – 20 dolar AS per hari, sehingga menjadi pasar yang paling besar dan paling menguntungkan di Indonesia.

Survei Standart Chartered Bank menghasilkan 5 perilaku yang dilakukan kelompok kelas menengah ke atas dalam lima tahun mendatang, yaitu (1) menabung, (2) membeli mobil baru, (3) menjelajahi dunia, (4) membeli barang mewah, dan (5) menyediakan pendidikan yang lebih baik bagi anak mereka. Dari survei ini, 75 persen perilaku kelas menengah di Indonesia lebih memilih menabung. Sehingga, beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menelisik perilaku kelas menengah di Indonesia adalah kepemilikan rekening perbankan, kepemilikan dan transaksi kartu kredit dan e-money (uang elektronik). Tercatat 60 juta orang Indonesia yang memiliki rekening di Bank, 34 persen-nya bertransaksi dengan kartu kredit, dan jumlah pemakai uang elektronik pada kisaran 30,4 juta jiwa. Hingga Mei 2014, total transaksi kartu kredit adalah 21,1 triliun rupiah, sedangkan uang elektronik sebesar 270,6 miliar rupiah. Nilai transaksi uang elektronik rata-rata sebesar 7,7 miliar rupiah per hari.

Penelitian terbaru oleh Middle Class Institute majalah SWA dan Inventure, menyebutkan bahwa dibandingkan kondisi tahun 2012, kelas menengah lebih cenderung membelanjakan pendapatannya dibandingkan dengan menabung. Alokasi belanja keluarga meningkat menjadi 46,9 persen dari 40,6 persen pada tahun 2012, sedangkan alokasi untuk menabung turun menjadi 12 persen dari 14,1 persen pada tahun 2012. Riset ini juga mengungkapkan bahwa belanja kelas menengah ditopang oleh maraknya kegiatan wisata di wilayah ASEAN.  Hal ini sepertinya sejalan dengan riset Boston Consulting Group (BCG) yang menjelaskan bahwa Indonesia saat ini memiliki 45 juta orang yang termasuk kategori kelas menengah yang mampu membelanjakan uangnya di luar kebutuhan pokok.

Perilaku konsumsi juga mengalami peningkatan baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Riset BCG menyebut orang Indonesia juga sangat loyal dalam berbelanja terutama untuk makanan dan minuman dengan nilai konsumsi sekitar 75 miliar dollar AS. Sementara konsumsi untuk pakaian dan apparel lainnya sebesar 22 miliar dollar AS. Disamping itu, beberapa kebutuhan seperti konsumsi susu juga diprediksi akan terus meningkat seiring peningkatan penduduk kelas menengah di Indonesia. Dari sisi kualitas, penduduk kelas menengah juga mulai memerhatikan kualitas produk yang dibeli seperti produk fashion, hingga makanan khususnya beras yang menjadi pangan pokok penduduk Indonesia. Perilaku inilah yang dilirik oleh berbagai kalangan, sehingga dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan kredit ritel terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini ditandai juga dengan terus menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan, mulai dari minimarket hingga hipermarket, termasuk jasa-jasa lain seperti laundry di kota-kota besar.

Pada akhirnya, jumlah dan perilaku konsumsi kelas menengah yang terus tumbuh tiap tahunnya memberi andil yang signifikan dalam perekonomian nasional, khususnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pada beberapa tahun terakhir mulai terlihat adanya pergeseran pola konsumsi seperti kemampuan berbelanja di luar kebutuhan pokok, seperti wisata jalan-jalan. Selain pola konsumsi, perubahan juga mulai terjadi dari sisi transaksinya dengan penggunaan kartu kredit maupun uang elektronik. Ke depannya, riset media seperti ini akan dikembangkan untuk menelisik perilaku konsumsi kelas menengah di Indonesia khususnya dalam hal belanja dan transaksi secara online mengingat semakin maraknya tumbuh bisnis berbasis online di Indonesia.


0 komentar: