CURIK-CURIK TIM SATU TANGLAD - PART 2

04.12 Putu Dharma Yusa 0 Comments



Minggu, 7 Agustus 2016. Kami bangun subuh. Jam 5 pagi. Saling membangunkan. Untuk mengejar sapaan surya pagi yang masih ranum di Nusa Penida, tepatnya di pesisir desa Suwana. Lampu motor masih kami nyalakan, karena langit begitu gelap. Berkendara beriringan menuju lokasi yang entah dimana, karena yang tahu hanya Wira dan Arni. Saya dan bang Jerry sudah bertukar motor dengan Bule-Dita, tapi kami tetap menjadi juru kunci iring-iringan. Kesialan terjadi, setelah handphone Ian jatuh di jalan. Kami berhenti membantu mencari, sedang yang lain asyik berkendara tak tahu kejadian ini. Jadilah rombongan ini terpecah dua. Handphone berhasil didapatkan. Kami melanjutkan perjalanan. Walau buta arah. Berbekal insting. Hingga sampai di sebuah pertigaan dengan pohon besar di tengahnya, tanpa penunjuk jalan. Celaka. Bingung mau kemana.

Tapi kami beruntung. Rombongan di depan itu salah jalan. Mereka belok kiri. Harusnya kanan. Dan jadilah kami berpapasan di pertigaan itu. Kami beriringan lagi, tapi hanya empat motor. Satu-nya ternyata ketinggalan lagi. Ina dan Bli Komang mungkin asyiknya berkendara, layaknya orang pacaran pada umumnya, hingga tertinggal karena sebelumnya berada di paling depan. Tapi mereka sadar mereka tersesat. Telepon dari Arni dijawab, dan akhirnya kami kembali dalam formasi lengkap menuju Pantai Suwana. Di perjalanan, langit mulai berwarna. Indahnya pagi.

Debur ombak menyambut kedatangan kami. Langit mulai merah menguning bercampur biru di pinggirannya. Semua perkakas dokumentasi pun keluar: kamera DSLR 6D Arni, Xiomi Yi Bule, DSLR Bang Jerry, dan Gopro Bli Komang, sedang yang lain dengan kamera handphone. Semua menangkap momen yang sama: sunrise. Dengan sudut pandang dan pengambilan gambar masing-masing. Namun sayang, matahari tak utuh menaiki garis laut. Karena awan pagi berkhianat pada asa kami. Sinarnya tak utuh memancar kesana-sini, namun tetap indah jika dipandang. Jadilah kami berfoto ceria dengan senyum cis kacang buncis, cang kacang panjang, sambil berlompat ria di atas pasir. Satu pelajaran yang bisa saya ambil bahwa keindahan bukan hanya soal dimana, tapi bersama siapa. Hingga terik mulai terasa, kami bergegas kembali ke penginapan untuk mandi dan mengisi perut dengan sentuhan nasi pagi.

Agenda KIB3 di hari itu adalah Pengabdian Masyarakat (Pengabmas) yang terpusat di desa Sekartaji, tetangga Desa Tanglad juga. Bentuk pengabdian berupa pengobatan dan pemeriksaan kesehatan kepada masyarakat secara cuma-cuma, oleh kakak-kakak relawan yang bergelut di bidang kesehatan (dokter, perawat, bidan, dsb). Arni dan Ina yang mewakili kelompok kami. Ditemani ojek mereka masing-masing: Wira dan Bli Komang. Sisanya jahil. Tepatnya menjahili mereka. Kami memilih berangkat belakangan, dengan alasan antrian kamar mandi yang hanya sebiji dan setoran pagi yang tak bisa ditunda lagi. Tapi alasan lainnya adalah kami ingin jalan-jalan, menikmati eksotisnya bumi Nusa Penida. Mereka akan kami jemput kemudian. Alhasil, jadilah kami singgah di Bukit Teletubies yang masih satu jalan menuju Sekartaji. Celakanya, niat agak busuk ini tercium oleh rekan-rekan kelompok lain yang kebetulan berpapasan dengan kami di jalan. Kami cuek saja, dan singgah sebentar. Mengambil foto agar gundukan-gundukan bukit yang indah mampu mendukung wajah-wajah kami. Lalu kami bergegas menyusul kemudian, melewati jalanan berbukit lengkap dengan ukiran-ukiran khas Nusa Penida.

Kami sampai di Sekartaji, sekitar tiga puluh menit sebelum acara Pengabmas berakhir. Sedikit men-support rekan kami yang bertugas, selebihnya beristirahat setelah melalui perjalanan panjang yang melelahkan. Di sana terlihat ada beberapa anak-anak yang dibekali ilmu menggosok gigi yang benar, ada warga yang melakukan pemeriksaan kesehatan: seperti tensi dan gula darah. Pengabmas selesai. Sekitar pukul dua belas lewat, kami kembali ke penginapan. Untuk makan siang. Perjalanan kembali melewati Bukit Teletubies, dan Arni memaksa kami kembali menuruni gundukan bukit untuk berfoto dengan pasukan lengkap. Dengan spanduk bertuliskan “Aku Menginspirasi, Aku Terinspirasi”. Masih dengan senyum cis kacang buncis, cang kacang panjang. Tapi tidak lompat lagi.

Sehabis melalap makan siang, kami melanjutkan perjalanan wisata menuju Pantai Atuh. Tepatnya menuju rumah pohon, yang penampakannya cukup mengesankan jika dilihat dari share foto di instagram. Perjalanan dari Batukandik kira-kira membutuhkan waktu satu jam, namun kata Bapak tua di Pantai Atuh perjalanan sebaliknya hanya membutuhkan waktu tigapuluh menit. Kami tertawa bingung, mungkin ada jalan pintas sepertinya. Sampai di lokasi, lelah perjalanan terbayar habis berkat eksotisnya panorama laut dengan tebing dan pulau bongkahan tebing yang menjulang tinggi. Butuh keberanian untuk menuruni tebing yang curam. Karenanya, Ian yang katanya phobia ketinggian merelakan dirinya menunggu di atas, tidak ikut turun ke rumah pohon. Yang luar biasa adalah Bang Jerry. Beban tubuh mampu dibungkam oleh semangat menapaki keindahan yang tak jauh dari ufuk mata. Momen-momen indah di tebing bukit Pantai Atuh tak ada habis-habisnya kami abadikan. Hingga sore menjelang, kami bergegas menanjaki bukit dan beristirahat di atas untuk sekadar meneguk minuman yang dijual oleh papak yang mengatakan jarak Atuh-Tanglad hanya tigapuluh menit.

Kami kembali ke penginapan. Di perjalanan kami singgah sebentar di SD Negeri 1 Tanglad. Lokasi dimana kami akan menjajal kelas inspirasi yang telah kami persiapkan. SD-nya cukup gelap, hanya diterangi lampu depan gerbang sekolah. Gerbang itupun digembok. Kami seperti orang asing yang salah masuk penginapan. Tapi beruntung bapak penjaga sekolah tinggal di sebelah sekolah ini. Alhasil, jadilah kami masuk melalui celah sempit di samping sekolah, tepat di sebelah warung yang juga menjadi kantin sekolah. Tak lama kami disitu. Hanya menentukan pos-pos inspirasi. Siapa ada dimana, dimana menaruh spanduk, dan jam berapa harus sudah berada di lokasi ini. Sekembalinya di penginapan, kami briefing kecil-kecilan membahas rencana jalannya kegiatan, mulai dari persiapan, opening, kelas inspirasi, dan closing. Properti yang sudah disiapkan dibagi-bagi, seperti postcard cita-cita, bintang kelas sebagai reward, stiker nametag siswa, dan lainnya. Pos-pos pun ditentukan. Dimana, akan ada tiga grup siswa yaitu grup A (gabungan kelas 1 dan kelas 2), grup B (gabungan kelas 3 dan 4), dan grup C (gabungan kelas 5 dan 6) memasuki empat pos yang berbeda. Pos pertama adalah pos “Justicia” milik Ian dan Dewi (para konsultan hukum), pos kedua “Alkana” milik Dita (dosen kimia), pos ketiga “Desimal” milik saya (statistisi), dan pos keempat “Stetoskop” milik Ina (perawat). Jam sepuluh malam, briefing selesai dan saya masih menunggu giliran mandi. Sebelum akhirnya mimpi segera menghampiri.



0 komentar: